Grosir Baju Murah
 
 
Picture
Salah satu warung es yang terkenal di kota Solo apalagi dikalangan kawula muda pelajar Solo adalah es ndelik. Es Ndelik sendiri jika diartikan dalam bahasa Indonesia artinya sembunyi.  Berawal dari menjuarai lomba meramu jus dan es buah yang digelar Hotel Borobudur, Jakarta pada tahun 1997 membuat Sigit Sujatno berani unjuk gigi. Tahun 1998, tepatnya setelah kerusuhan Solo di era reformasi, warga Jl Manduro 19 Kartotiyasan, Kratonan, Solo ini mulai membuka warung es buah di depan rumahnya. Karena saat itu banyak tetangga terutama yang etnis Cina bersembunyi, Mas Sigit terinspirasi untuk memberi nama warung saya Es Ndelik. Selain itu, lokasinya pun juga cukup ndelik, jadi klop dengan namanya.

Tak hanya nama warungnya yang unik, nama es jus buatannya juga terdengar aneh. Di antaranya jus anti nyamuk, jus biarkan ku sendiri, jus ala Afrika mangga papua, jus ala Swiss, jus brikili, jus neko-neko dan jus terpesona. Ada sekitar 23 jenis jus yang  ditawarkan, rata-rata merupakan campuran dari berbagai buah.


Jus anti nyamuk
, merupakan jus campuran jambu biji merah dan buah lainnya. Buah jambu biji merah terbukti berkhasiat meningkatkan trombosit dalam darah, sehingga tidak masalah kalau nyamuk menggigit.

Jus ala Afrika mangga papua adalah campuran mangga dengan cincau warna hitam. Karena warnanya hitamnya itulah, minuman itu  dinamakan ala Afrika.

Jus Swiss adalah menu Andalan disini perpaduan antara es buah dan jus. Terdapat melon, pepaya, nanas, nata de coco, nangka, alpukat itu adalah isinya dan ditambah dengan jus sirsak/mangga/alpukat menambah segarnyajus ala swiss ini.

Rasanya, tentu saja menyegarkan. Apalagi tidak menambahkan campuran bahan kimia pada minuman buatannya. Semuanya serba murni, gulanya murni tanpa ada tambahan bahan kimiawi. Buahnya juga buah segar sehingga kandungan vitamin C-nya berkhasiat menjaga kebugaran tubuh.

Harganya pun, cukup terjangkau. Yakni antara Rp 5 ribu dan Rp 6 ribu. Pada awal mulanya di Solo ini ada empat cabang. Tapi karena malah tidak fokus, akhirnya yang dua warung terpaksa ditutup. Selanjutnya disebar ke sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Saat ini, Es Ndelik memiliki cabang di delapan tempat. Yakni dua tersebar di Solo, sedang lainnya di Malang, Yogyakarta, Magelang dan Surabaya. Seluruh cabang yang ada dikembangkan dengan model franchise.


 
Perhelatan Solo Batik Fashion kembali digelar untuk ketiga kalinya pada 14-16 Juli 2011. Setelah pada dua penyelenggaraan sebelumnya selalu dilakukan di Kawasan Ngarsopuro, untuk pergelaran kali ini dipindah ke Gladag, Solo, Jawa Tengah.

Ketua panitia Solo Batik Fashion, Djongko Raharjo, menyebut Gladag dipilih karena memiliki keunikan. Selain ada air mancur yang akan berwarna-warni ketika ditimpa sinar lampu pada malam hari, lokasi peragaan busana juga berada di bawah rerimbunan pohon berumur ratusan tahun.

“Yang juga berbeda dari sebelumnya adalah kami menampilkan karya desainer muda Solo yang saat ini sedang menimba ilmu fashion di luar negeri, seperti di Prancis, Singapura, dan Cina,” ujar Djongko kepada wartawan, Kamis, 7 Juli 2011. Dia berharap tampilnya desainer muda Solo akan mendorong anak muda lainnya menekuni desain batik.

Pada hari pertama acara yang digelar mulai pukul 19.00 WIB tersebut, akan ditampilkan batik rancangan 15 orang desainer, seperti Joko SSP, Rory Wardhana, dan Djongko Raharjo yang masing-masing akan menampilkan delapan koleksinya. Kemudian pada 15 Juli, giliran peragaan busana dari Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia Jawa Tengah dan Yogyakarta. “Juga ada rumah batik, seperti Danar Hadi dan Batik Keris, serta para desainer muda Solo,” katanya.

Di hari terakhir, ada peragaan kebaya dari komunitas pecinta busana nasional dan tradisional yang tergabung dalam Ratna Busana. Selanjutnya disusul peluncuran Ikatan Perancang Busana Surakarta yang saat ini sudah memiliki 13 anggota.

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Surakarta, Budi Sartono, menyatakan Surakarta berusaha semakin memantapkan diri untuk menjadi ibu kota batik. Oleh sebab itu, rutin digelar beragam acara yang melibatkan unsur batik. “Selain Solo Batik Fashion, sebelumnya sudah ada Solo Batik Carnival,” ujarnya pada kesempatan yang sama.

Dia berharap nantinya Surakarta bisa menjadi tolok ukur tren dan perkembangan batik di Indonesia. Karenanya, pihaknya terus berupaya mengangkat potensi batik di Surakarta. Sebelum penyelenggaraan Solo Batik Fashion, akan didahului dengan lomba foto batik pada 10 Juli dan lomba top model batik pada 12 Juli.

tempointeraktif

 
 
Picture
Pasar Klewer merupakan salah satu pasar batik terbesar di Indonesia. Pasar ini terletak di dekat Keraton Kasunanan dan di seberang Masjid Agung Surakarta.

Pasar Klewer pada awalnya  berfungsi sebagai tempat pemberhentian kereta. Masyarakat pun memanfaatkannya sebagai tempat untuk menjual berbagai macam produk kepada para penumpang hingga akhirnya terkenal dengan nama Pasar Slompretan. Kata slompretan berasal dari slompret (terompet) karena suara kereta yang akan berangkat mirip dengan suara terompet ditiup.

Pasar Slompretan ini juga dijejali dengan pedagang kecil yang menjual tekstil khususnya batik. Para pedagang ini menjajakan batiknya dengan cara dipanggul di pundak, sehingga batiknya terlihat berkleweran atau berjuntaian. Seiring dengan perjalanannya, pasar ini kemudian lebih terkenal dengan nama Pasar Klewer.

Pada tahun 1970an, pasar ini dibangun menjadi sebuah bangunan permanen berlantai dua yang cukup luas. Pembeli juga akan lebih leluasa berbelanja karena pasar dengan lebih dari dua ribu unit kios ini memiliki tangga-tangga yang cukup luas sehingga tidak ada kesan berdesak-desakan.
Pusat Grosir Batik dan Tekstil Murah

Menyusuri lorong-lorong yang cukup lebar dari satu blok ke blok yang lainnya, beragam jenis pakaian berbahan batik seolah memanggil pengunjung untuk membelinya. Mulai dari jenis kebaya, kain, baju resmi, hingga kaos batik, daster, blouse cantik dan pakaian anak-anak. Tak hanya batik Solo, pasar ini juga memiliki koleksi batik Banyumas, Pekalongan, Madura, Yogyakarta, dan lain-lain. Anda dapat dengan mudah menemukan batik cap seharga belasan ribu maupun batik tulis kualitas terbaik dengan harga lebih murah dari pada butik-butik terkenal. Kemahiran menawar akan sangat membantu mendapatkan harga terbaik. Tak hanya dijual eceran, kebanyakan kios juga melayani pembelian grosir dengan harga yang jauh lebih murah.

Naik ke lantai dua, Anda akan menemukan aneka jenis tekstil, seperti seragam sekolah, kaos, jaket, dasi, kain bahan katun hingga sutra. Uniknya, di pasar ini juga terdapat beberapa orang penjahit yang siap menyulap kain yang baru saja Anda beli menjadi jenis pakaian yang Anda inginkan dalam waktu kurang dari satu hari.

Lelah berbelanja mengelilingi pasar tekstil ini, Anda bisa berjalan ke depan ataupun samping pasar. Berbagai warung makanan siap menjadi tempat melepas lelah sekaligus mencicipi aneka makanan khas Solo. Nasi pecel, nasi liwet, tengkleng, timlo, es dawet, es gempol dan berbagai jenis makanan dan minuman lainnya siap menjadi penawar dahaga Anda.


 
Picture
Baju Batik Modern, batik cinta, batik jogja, batik solo, buka toko baju, buka toko pakaian, cara membuka toko baju, cinta batik, Grosir Tanah Abang, jogja batik, kain batik | Tagged batik cinta, membuka toko baju, solo batik, toko pakaian, usaha toko baju, usaha toko pakaian, wisata kampung batik, wisata kampung batik kauman, wisata kampung batik laweyan, wisata solo
Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.

Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.

Perkembangan Batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Pembatikan di Jakarta
Pembatikan di Jakarta dikenal dan berkembangnya bersamaan dengan daerah-daerah pembatikan lainnya yaitu kira-kira akhir abad ke-XIX. Pembatikan ini dibawa oleh pendatang-pendatang dari Jawa Tengah dan mereka bertempat tinggal kebanyakan didaerah-daerah pembatikan. Daerah pembatikan yang dikenal di Jakarta tersebar didekat Tanah Abang yaitu: Karet, Bendungan Ilir dan Udik, Kebayoran Lama, dan daerah Mampang Prapatan serta Tebet.

Jakarta sejak zaman sebelum perang dunia kesatu telah menjadi pusat perdagangan antar daerah Indonesia dengan pelabuhannya Pasar Ikan sekarang. Setelah perang dunia kesatu selesai, dimana proses pembatikan cap mulai dikenal, produksi batik meningkat dan pedagang-pedagang batik mencari daerah pemasaran baru. Daerah pasaran untuk tekstil dan batik di Jakarta yang terkenal ialah: Tanah Abang, Jatinegara dan Jakarta Kota, yang terbesar ialah Pasar Tanah Abang sejak dari dahulu sampai sekarang. Batik-batik produksi daerah Solo, Yogya, Banyumas, Ponorogo, Tulungagung, Pekalongan, Tasikmalaya, Ciamis dan Cirebon serta lain-lain daerah, bertemu di Pasar Tanah Abang dan dari sini baru dikirim kedaerah-daerah diluar Jawa. Pedagang-pedagang batik yang banyak ialah bangsa Cina dan Arab, bangsa Indonesia sedikit dan kecil.

Oleh karena pusat pemasaran batik sebagian besar di Jakarta khususnya Tanah Abang, dan juga bahan-bahan baku batik diperdagangkan ditempat yang sama, maka timbul pemikiran dari pedagang-pedagang batik itu untuk membuka perusahaan batik di Jakarta dan tempatnya ialah berdekatan dengan Tanah Abang. Pengusaha-pengusaha batik yang muncul sesudah perang dunia kesatu, terdiri dari bangsa cina, dan buruh-buruh batiknya didatangkan dari daerah-daerah pembatikan Pekalongan, Yogya, Solo dan lain-lain. Selain dari buruh batik luar Jakarta itu, maka diambil pula tenaga-tenaga setempat disekitar daerah pembatikan sebagai pembantunya. Berikutnya, melihat perkembangan pembatikan ini membawa lapangan kerja baru, maka penduduk asli daerah tersebut juga membuka perusahaan-perusahaan batik. Motif dan proses batik Jakarta sesuai dengan asal buruhnya didatangkan yaitu: Pekalongan, Yogya, Solo dan Banyumas.

Bahan-bahan baku batik yang dipergunakan ialah hasil tenunan sendiri dan obat-obatnya hasil ramuan sendiri dari bahan-bahan kayu mengkudu, pace, kunyit dan sebagainya. Batik Jakarta sebelum perang terkenal dengan batik kasarnya warnanya sama dengan batik Banyumas. Sebelum perang dunia kesatu bahan-bahan baku cambric sudah dikenal dan pemasaran hasil produksinya di Pasar Tanah Abang dan daerah sekitar Jakarta.
Pembatikan di Luar Jawa
Dari Jakarta, yang menjadi tujuan pedagang-pedagang di luar Jawa, maka batik kemudian berkembang di seluruh penjuru kota-kota besar di Indonesia yang ada di luar Jawa, daerah Sumatera Barat misalnya, khususnya daerah Padang, adalah daerah yang jauh dari pusat pembatikan dikota-kota Jawa, tetapi pembatikan bisa berkembang didaerah ini.

Sumatera Barat termasuk daerah konsumen batik sejak zaman sebelum perang dunia kesatu, terutama batik-batik produksi Pekalongan (saaingnya) dan Solo serta Yogya. Di Sumatera Barat yang berkembang terlebih dahulu adalah industri tenun tangan yang terkenal “tenun Silungkang” dan “tenun plekat”. Pembatikan mulai berkembang di Padang setelah pendudukan Jepang, dimana sejak putusnya hubungan antara Sumatera dengan Jawa waktu pendudukan Jepang, maka persediaan-persediaan batik yang ada pada pedagang-pedagang batik sudah habis dan konsumen perlu batik untuk pakaian sehari-hari mereka. Ditambah lagi setelah kemerdekaan Indonesia, dimana hubungan antara kedua pulau bertambah sukar, akibat blokade-blokade Belanda, maka pedagang-pedagang batik yang biasa hubungan dengan pulau Jawa mencari jalan untuk membuat batik sendiri.

Dengan hasil karya sendiri dan penelitian yang seksama, dari batik-batik yang dibuat di Jawa, maka ditirulah pembuatan pola-polanya dan ditrapkan pada kayu sebagai alat cap. Obat-obat batik yang dipakai juga hasil buatan sendiri yaitu dari tumbuh-tumbuhan seperti mengkudu, kunyit, gambir, damar dan sebagainya. Bahan kain putihnya diambilkan dari kain putih bekas dan hasil tenun tangan. Perusahaan batik pertama muncul yaitu daerah Sampan Kabupaten Padang Pariaman tahun 1946 antara lain: Bagindo Idris, Sidi Ali, Sidi Zakaria, Sutan Salim, Sutan Sjamsudin dan di Payakumbuh tahun 1948 Sdr. Waslim (asal Pekalongan) dan Sutan Razab. Setelah daerah Padang serta kota-kota lainnya menjadi daerah pendudukan tahun 1949, banyak pedagang-pedagang batik membuka perusahaan-perusahaan/bengkel batik dengan bahannya didapat dari Singapore melalui pelabuhan Padang dan Pakanbaru. Tetapi pedagang-pedagang batik ini setelah ada hubungan terbuka dengan pulau Jawa, kembali berdagang dan perusahaanny a mati.

Warna dari batik Padang kebanyakan hitam, kuning dan merah ungu serta polanya Banyumasan, Indramajunan, Solo dan Yogya. Sekarang batik produksi Padang lebih maju lagi tetapi tetap masih jauh dari produksi-produksi dipulau Jawa ini. Alat untuk cap sekarang telah dibuat dari tembaga dan produksinya kebanyakan sarung.
Proses pembuatan batik
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.

Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.

Batik Pekalongan
Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.

Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah – daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.

Ke timur batik Solo dan batik Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.

Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.

Musium batik Pekalongan
Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.

Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.

Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.

Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.

Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.

Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan.


 
Picture
Batik sebagai asset budaya dan sebagai penunjang ekonomi rakyat memang harus seiring sejalan. Geliat batik benar2 terasa dikota Solo, ini bisa dilihat dengan gairah para usahawan batik yang berada di Kampoeng Batik Laweyan dan yang di Kampung Wisata Batik Kauman. Bapak Gunawan Setiawan, Ketua Paguyuban Usahawan Batik Kauman yang sekaligus pemilik Gallery Batik Gunawan Setiawan bersama kawan2 nya menjelaskan kemajuan pesat tentang jumlah UKM batik di kampungnya itu, yang sekarang telah mencapai 44 ukm.

Masing2 UKM punya ciri khas masing2, mulai dari yang cuma sebagai kepanjangan usaha dari pengrajin, kemudian ada yang memang kuat modalnya & memang mem-perkerjakan pengrajin, hingga yang menjual khusus batik tulis, batik cap , motif pakem sampai dengan yang kontemporer.

Lorong2 Kampung Kauman benar2 terasa hidup, walau utamanya batik, tapi usaha lain pun tak kalah ikut meriah, seperti mereka yang berjualan baju muslim & kerudung, warung makan sampai homestay. Cakra homestay milik Bapak Bintoro cukup menarik sebagai tempat menginap jika kita berada di Solo, homestay ini bukan hanya sekedar tempat menginap saja, disini untuk tamunya diberi kesempatan untuk belajar menabuh gamelan dan juga belajar mengenai karawitan.

Kejayaan batik diharapkan bisa kembali mencuat dan mendunia, batik itu memang asli Indonesia bukan milik negara lain, ini yang seharusnya kita banggakan. Kita harus bangga dengan batik dan bangga memakainya sehari2.

Sudahkah anda memakai batik ?


 
Picture
Bosan Jadi Pegawai?? Ingin Jadi Pengusaha?? Bingung mau memulai bisnis apa??
Bergabunglah dengan kami di http://www.grosirpasarklewer.com

Grosir Online Besar di Indonesia Sejak 2005
Berkualitas
Murah
Mudah dan simple (proses belanja)
Cepat (pengiriman)
Terpercaya

Kami menyediakan produk-produk langsung dari pabrik & pengrajin.
Yaitu:

Batik > Dress, Blouse, Kemeja, Atasan, Daster, Kaos, Mukena, Sprei
Tas > Tas Etnik, Tas Gaul, Clucth, Tas Payet
Kaos > Wanita, Remaja, Muslim, Murah
Busana Muslim > Abaya, Setelan, Jilbab
Dress > Longdress, Muslim
Kemeja> Kemeja Wanita, Kemeja Pria
Setelan> Setelan Kaos Anak, Setelan Muslim Anak
Celana & Rok > Celana Katun, Celana Jeans, Celana Batik, Celana Bordir
Sprei & Bedcover > Single, Double
Daste & Babydoll > Batik, Kaos, Katun
Alat Sholat > Sajadah, Mukena, Tasbih, Sarung
Alat Toko > Manekin Patung, Hanger
Seragam > SD, SMP, SMU, Pramuka, Wearpak, Batik
Kerajinan > Blangkon, Jarit, Kain Panjang

Telp. 0271.7950017
SMS. 0857 436 33609, 0852 936 45655
YM. cs01_klewer, cs02_klewer
Email. [email protected]



Link:

 
Picture
Lagu India berjudul ‘Chaiyya Chaiyya’ yang dinyanyikan dengan kocak dan penuh perasaan oleh Briptu Norman Kamaru, anggota Brimob Polda Gorontalo, ternyata juga tenar di Hollywood. Lagu itu bahkan dipakai di beberapa film dan serial televisi produksi Hollywood. Tak heran, karena ‘Chaiyya Chaiyya’ masuk dalam 10 besar lagu terpopuler seantero dunia versi BBC.

Mungkin tak banyak yang menyadari bahwa remix lagu ‘Chaiyya Chaiyya’ digunakan pada pembukaan dan penutupan film ‘Inside Man’ yang dibintangi Danzel Washington dan Clive Owen. Pada pembukaan film produksi tahun 2006 itu, ‘Chaiyya Chaiyya’ telah diringkas dari versi aslinya, dan ditambahi iringan terompet. Sementara pada penutupan ‘Inside Man,’ digunakan ‘Chaiyya Chaiyya’ versi remix hip-hop.

‘Chaiyya Chaiyya’ juga diperdengarkan pada serial televisi ‘CSI: Miami’ musim lima episode ke-5. Versi asli lagu ini dapat diperoleh pada kompilasi album A.R. Rahman yang berjudul ‘A.R. Rahman – A World Music.’ A.R. Rahman adalah pencipta lagu ‘Chaiyya Chaiyya.’ Lirik ‘Chaiyya Chaiyya’ sendiri dikarang oleh rekannya, Gulzar.

Lagu itu menjadi populer karena dipakai di film Dil Se yang dibintangi Shahrukh Khan itu. ‘Chaiyya Chaiyya’ seringkali digunakan di berbagai festival kebudayaan di India. Lagu ini juga dipilih sebagai lagu pengiring pada upacara pembukaan pesta olahraga negara-negara persemakmuran tahun 2010 yang berlangsung di Stadion Jawaharlal Nehru, New Delhil.

Pada tahun 2003, BBC menggelar survei global untuk memilih 10 lagu terpopuler yang pernah ada. Terdapat 7.000 lagu dari seluruh dunia yang masuk seleksi untuk dipilih. Survei sendiri dilakukan di 155 negara. Hasilnya, ‘Chaiyya Chaiyya’ terpilih di deretan ke-9 lagu terpopuler sepanjang masa. Uniknya, lagu ini tidak hanya populer di India, tapi juga di Inggris.

 
Ketua Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) Sendy Yusuf mengimbau para pemilik Factory Outlet (FO) menyediakan tempat khusus yang digunakan untuk memasarkan batik.

“Sampai saat ini, baru ada satu FO yang memiliki ruang untuk pameran batik, di daerah Dago,” kata Sendy kepada wartawan di Mall Pasteur Hyper Point jalan Pasteur, Rabu (1/12/20).

Jika telah masuk FO, kata dia, wisatawan akan mudah mencari batik dari berbagai daerah dalam satu tempat. “Jadi di FO tersebut, menyediakan batik dari berbagai daerah yang ada di Jabar,” kata Sendy.

Saat ini ada ribuan perajin dan pengusaha batik di Jabar. Selain di Indonesia, produksi batik asal Jabar sudah tersebar di seluruh mancanegara.

Untuk membantu para perajin dan pengusaha batik, YBJB memberikan berbagai kemudahan mulai dari pelatihan dalam membatik, akses permodalan bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) melalui bunga rendah dan tanpa agunan, serta pelatihan manajemen mulai dari teknik hingga pemasaran produk.

“Untuk pemasaran, YBJB mengikutkan perajin dan pengusaha batik dalam pameran baik lokal maupun nasional. Untuk nasional minimal tiga kali dalam setahun,” imbuhnya.

Pihaknya mengaku belum berani membawa perajin dan pengusaha batik masuk ke pameran international. “Sebelum persaingan global, perlu mempunyai kemampuan yang kuat di persaingan lokal,” pungkas Sendy.[gin]

sumber : inilahjabar.com

Buat Factory outlet yang ingin memasarkan batik, bisa berbelanja kebutuhan batik melalui online di www.grosirpasarklewer.com, Pasar Klewer merupakan salah satu pasar batik yang yang cukup terkenal di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya wisatawan asing maupun domestic yang berkunjung untuk melihat-lihat batik solo yang ada di Pasar Klewer. Selain itu Pasar klewer juga merupakan salah satu sentra bisnis grosir batik dengan harga yang relatif murah.

Dengan komitmen dan konsentrasi pada pelayanan perdagangan busana khususnya batik solo di Indonesia, kini kami berhasil menjadi salah satu perusahaan grosir online terpercaya dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi di Indonesia.
Picture
 
Picture
Bencana letusan Gunung Merapi telah menginspirasi para pengrajin batik untuk membuat karya batik bermotif bencana Merapi. Salah satunya adalah batik bermotif ‘wedus gembel’ dan Gunung Merapi. Batik bermotif khusus itu total terjual seharga Rp 103 juta.

Lelang 3 batik bermotif Gunung Merapi dan ‘Wedus Gembel’ itu dilelang dalam Pameran Batik Jawa Tengah di Plaza Kementerian Perindustrian, Jl Gatot Soebroto, Jakarta, Selasa (30/11/2010).

Batik bermotif Gunung Merapi dan wedus gembel tampil dan di lelang di acara pameran batik Jawa Tengah yang berlangsung 30 November-3 Desember 2010 di Kementerian Perindustrian. Dalam pameran ini juga ditampilkan 52 stand batik asal Jawa Tengah.

“Kita juga me-launching batik bermotif Merapi karya Komar,” kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah.

Euis menjelaskan batik Merapi dan wedus gembel merupakan karya perajin batik Komar asal Jawa Barat. Uang hasil lelang akan disumbangkan bagi bantuan sosial termasuk korban bencana Merapi.

Ada tiga motif batik Gunung Merapi yang berhasil dilelang yaitu batik pertama berhasil terjual Rp 51 juta, penawar tertinggi Menteri Perindustrian MS Hidayat. Batik kedua terjual Rp 32 juta penawar tertinggi oleh Carmelita salah satu pengurus Kadin dan batik ketiga terjual Rp 20 juta, penawar tertinggi Benny Soetrisno seorang pengusaha tekstil.

“Saya buka dengan harga pembuka Rp 200.000,” kata Komar sebelum membuka lelang kepada detikFinance.

Menteri Perindustrian MS Hidayat langsung menyambar menawar harga Rp 20 juta, hingga proses tawar-menawar dan akhirnya disepakati harga Rp 51 juta untuk batik pertama.

Setelah melihat harga lelang yang cukup tinggi, lantas Komar menaikan penawaran harga pembuka karya batiknya menjadi Rp 10 juta untuk yang kedua dan ketiga. Batik kedua akhirnya terjual Rp 32 juta dan ketiga terjual Rp 20 juta, sehingga total penjualan untuk 3 batik bermotif Merapi itu mencapai Rp 103 juta.

(hen/qom)
sumber:detik.com


 
Grosir Baju Murah